Senin, 03 Oktober 2011

Buanglah Curhat Pada Tempatnya #2

Buanglah Curhat pada Tempatnya 2

Berbekal rasa risih ketika seorang teman menceritakan kakaknya yang kabur karena dimarahi orang tuanya, dengan suara keras di dalam angkot yang penuh penumpang, akhirnya saya memutuskan bahwa curhat memang harus pada tempatnya.

Syarat utama untuk bercurhat ria, wahai Mang Ujang dan Ceu Mawar, adalah: harus selektif, jangan ke semua orang. Jangan teriak-teriak pake speaker mesjid apalagi sampai nyewa sound system. Sebaiknya, bercurhat rialah kepada orang yang:
1. dapat menjaga kepercayaan dan rahasia
2. bersedia mendengarkanmu sepenuh hati
3. dapat/setidak-tidaknya berusaha memberimu solusi.
Karena bercurhat ria secara sembarangan bisa berakibat sefatal membuang kulit pisang di tengah jalan: selain juga membahayakanmu (siapa tahu ada anak presiden jatuh gara-gara nginjek itu kulit pisang), juga bisa membahayakan orang lain. Tapi, alasan yang lebih ‘intelek’ (yah, anggap gitu ya,  ) adalah:
1. Tidak semua orang bisa kita percaya dan dapat menjaga kepercayaan. Curhat kepada orang seperti ini bisa membuat apa yang asalnya lebih baik dirahasiakan, malah jadi berita gosip macem infotainment. NB: orang-orang comel termasuk jenis ini, kayaknya....
2. Beberapa orang, mungkin akan menjadikan curhatanmu, yang bisa jadi sebagiannya adalah umpat kemarahanmu kepada seseorang, sebagai senjata untuk menyerangmu balik, ketika dia marah padamu. Apa kamu pernah mendengar seseorang berkata, “Awas, nanti aku bilang sama Pak Ucok kalau kamu nyebut kepala botaknya kayak bola plastik.” Menceritakan rahasia kita, kemarahan kita, pada jenis orang seperti ini juga berakibat fatal.
3. Juga, efek kalau kita curhat ke semua orang, atau ke sangat banyak orang adalah, pada akhirnya, mempermalukan diri sendiri. Pernah kamu liat orang yang marah-marah saat nyeritain seseorang yang dia benci? Bukankah kamu ngeliat dia jadi BERLEBIHAN dan malah membuatnya terlihat BURUK? Bagaimanapun, pengendalian diri itu penting loh.
4. Dan yang lebih penting, tidak semua orang mau mendengarkan. Ini tidak selalu berarti orang itu TIDAK BAIK. Tapi bisa jadi karena dia SEDANG SIBUK. Kan bagaimanapun, kita harus saling menghargai menghormati, bukan? Sebetulnya, saya punya seorang kawan yang bernama Mawar, yang kalau mau curhat, bbm awalnya berbunyi, “Fan, lagi sibuk ga?” 
5. Tidak semua orang mampu memberi solusi. Ini berarti dua hal: dia sama sekali tak mampu memberi solusi atau dia tak mampu memberi solusi yang menang-menang. Kemungkinan pertama, satu komentar saja: terlaaaaaaaalu! Untuk jenis kedua: berarti kawan curhat kamu itu seorang yang belum mampu berpikir jernih. Kan kadang ada yang gini pas kawannya curhat diputusin pacar. “Udah, jangan nangis, santet ajah. Biar mampus sekalian tuh orang. Sini uangnya, aku mau beli pulsa dulu. Mama aku lagi di kantor polisi....”

Buanglah Curhat Pada Tempatnya


“Kenapa kita harus curhat?” Kata Kang Ujang dan Ceu Mawar. Karena eh karena, ada beberapa hal:
1. Curhat bisa bikin kita lebih plong. Ibarat buang air besar. Kebayang kan gimana rasanya kalau terus-terusan ditahan?
2. Bisa bantu kita lihat masalah lebih jelas. Kenapa? Karena dengan bercurhat ria, kita sebetulnya dengan meretrospeksi, mereka-ulang masalah kita, sehingga biasanya, secara sadar dan tidak sadar, kita bisa melihat sisi yang sebelumnya nggak kita sadari pas lagi galau.
3. Dengan bercurhat ria, kita bisa dapat sudut pandang baru. Kan yang namanya manusia, dalam ‘melihat’ sesuatu, selalu dipengaruhi perspektif dan persepsi. Keduanya mempengaruhi apa yang kita ‘lihat’. Dengan bercurhat ria, kamu akan mendapat perspektif dan persepsi baru. Sehingga membuat bisa melihat masalahmu dengan lebih jelas. Deal? Yang belum tahu perspektif dan persepsi itu apa, silakan dicek di mbah google. :D
4. Dengan bercurhat ria, siapa tahu kita bisa dapat solusi. Kan salah satu tujuan kita curhat emang untuk itu, bukan?
5. Dengan bercurhat ria, siapa tahu kamu ditraktir nonton. #eh

Tapi tahu manfaatnya saja tidaklah cukup. Ada syaratnya lho. Mau tahu apa? Cek postingan berikutnya ya....