Minggu, 18 September 2011

SWOT Gitu Loh! (Bag. 1) #Strenght


Mawar ini berusia 17 tahun. Tiba-tiba saja berkata pada saya begini, “Saya tiba-tiba nangis pagi ini, karena saya sadar saya tidak tahu ingin jadi siapa kelak nanti. Apa itu cita-cita? Cita-cita kamu apa, Fan?”

Saya menjelaskan panjang lebar mengenai cita-cita saya yang tak kesampaian: menjadi kiper Manchester United, menjadi pemeran Rangga, menang 1 miliyar di kuis Who Wants to Be a Millionaire, Keliling Dunia Maya, Berfoto bareng Asmirandah, Duet dengan Christina Aguilera, Salaman dengan Mahmud Ahmadinejad, dan lain-lain, dan lain-lain.

Tanpa tertarik dengan selera humor saya, Mawar itu lanjut bertanya, “Bagaimana caranya saya harus punya cita-cita?”

Ada beberapa, jawab saya, kini agak serius. Tapi untuk sekarang, saya jelaskan SWOT aja ya....

SWOT adalah kependekan dari Strength, Weakness, Opportunity dan Threat. Dua kata pertama (Strenght dan Weakness) adalah faktor internal. Sedangkan Opportunity dan Threat adalah faktor eksternal.

Strenght dan Weakness
Begini, untuk punya cita-cita, yang katakanlah “sesuai” dengan “diri” kita, kita harus tahu dulu siapa diri kita sebetulnya. Untuk tahu siapa diri kita, mula-mula kita harus bisa “melihat” apa saja kelebihan/kekuatan/potensi (strenght) kita, dan apa saja kelemahan/kekurangan (weakness) kita.

Kelebihan/kekuatan/potensi biasanya diwakili oleh kata-kata hebat ini: bakat, minat, keterampilan. Bakat adalah sesuatu yang kita miliki secara alamiah, bawaan sejak lahir. Sedangkan minat adalah satu/lebih hal/bidang tertentu yang kita sukai. Sedangkan keterampilan adalah kemahiran yang lahir karena belajar.

Sekarang, tuliskan minimal sepuluh bakat yang kamu rasa kamu miliki. Hal-hal, kelebihan-kelebihan yang kamu rasa memang kamu miliki sejak lahir. Ada seseorang yang memang terlahir untuk menjadi pemain sepak bola. Apakah kamu salah satunya? Atau mungkin kamu akan menjadi Riri Riza generasi baru? Ayo, jangan takut, jangan ragu. Jujurlah, jujur saja. Apa sebetulnya bakat yang kamu miliki?

Kemudian, tuliskan minimal sepuluh minat kamu. Minat berhubungan dengan ‘rasa cinta’ dan ‘nyaman’. Kamu meminati basket karena kamu mencintai olah raga itu dan merasa nyaman ketika berada di lapangan, mendribling bola dst. Atau mungkin kamu termasuk orang yang merasa hidup hanya ketika menulis puisi? Emm, bagaimana kalau ternyata kamu selalu merasa nyaman ketika bekerja mengatur sebuah pertunjukkan, memerah keringat memastikan semua orang puas dengan hasil kerjamu? Tuliskan, tuliskan saja semuanya. Keluarkan!

Setelah itu, tuliskan keterampilan yang kamu miliki. Apakah kamu sudah bisa menyetir? Bagus, tuliskan! Atau bagaimana dengan mendesain foto atau memproduksi gambar-gambar komik? Bisa jadi. Masukkan saja! Nah, soal menulis partitur lagu, apakah kamu juga terampil? Oh ya? Bagus. Tuliskan saja, tuliskan saja!

Nah, sampai di sini, melihat satu-persatu bakat kita, minat kita, keterampilan kita, akan membantu kita melihat dengan jelas cita-cita yang “sesuai” dengan kita. Saya tidak punya bakat menulis tapi saya suka menulis apakah saya bisa jadi seorang penulis? Tentu saja. Kerjakan apa yang kamu sukai, belajar sambil jalan, mau otodidak atau ikut workshop tak mengapa, lama-lama kamu pasti jadi penulis—asal tetap yakin. Saya punya bakat sepak bola tapi tidak tahu harus bagaimana. Cobalah ikut ekstrakurikuler sepak bola, masuk sekolah sepak bola kalau bisa. Dekatkan seseringmungkin diri kamu ke ‘jalur’ sepak bola, insya Allah akan ada jalan. Saya terampil mengolah foto dan menggambar. Kalau begitu, buka kesempatan menjadi seorang desainer grafis! Jangan ragu-ragu!

Tapi, saya tidak tahu apa bakat saya, saya tidak tahu apa minat saya, saya juga tidak merasa punya keterampilan!

Kalau begitu, kamu perlu memberi lebih banyak kepercayaan kepada dirimu sendiri. Jangan terlalu rendah menilai diri. Jangan terlalu kritis. Apresiasi saja. Itu sudah cukup. Sekarang, silakan tuliskan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar