Sabtu, 31 Maret 2012

Amnesia Sejenak

Kalau hidup ibarat kalimat, maka ia akan selalu diawali oleh ‘satu huruf’ dan diakhiri dengan ‘titik’. Awalan ‘satu huruf’ itu, yang harus ditulis secara kapital, adalah Kelahiran. Sedangkan ‘titik’ di ujung berarti akhir dari kehidupan (di dunia), yakni ‘kematian’. Mari kita bedah:

Pertama, jika ‘titik’ sama dengan ‘kematian’ dan ‘kalimat’ sama dengan ‘hidup’, maka ia sesuai dengan hukum (1) ajal, dan (2) umur, yang tidak bisa diperlambat ataupun dipercepat. Kalimat, seperti halnya hidup, hanya akan nyaman, akan pas, akan enak, akan mudah dimengerti untuk dibaca, jika posisi titiknya benar-benar di ujung kalimat. Contoh:

Budi pergi ke pasar.

Posisi titiknya berada di akhir kata ‘pasar’, sehingga jelas: bahwa orang bernama Budi pergi ke pasar. Beda dengan kalimat berikut:

Budi pergi ke. Pasar

Posisi titik berada sebelum kata pasar, membuat kalimat itu tidak dimengerti karena tidak memenuhi struktur standar kalimat.

Ini membuat kita sampai pada kesimpulan bahwa kematian yang dipercepat lewat upaya bunuh diri akan membuat hidup kita, seperti halnya kalimat yang titiknya tidak tepat, tidak mudah dimengerti, tidak pas, tidak enak. Akibatnya, orang yang bunuh diri berada di awang-awang, mengambang: tak diterima di akhirat, terusir dari dunia.

Kedua, panjang kalimat mirip dengan panjang/lama umur hidup. Ada kalimat yang hanya terdiri dari satu huruf, satu kata, bahkan sampai berderet-deret kata yang sangat panjang. Contoh kalimat yang terdiri satu huruf:

Y.

Huruf Y tersebut dinisbatkan pada kata ‘Ya’. Biasanya marak di bahasa-bahasa sms. Sedangkan contoh kalimat yang terdiri dari satu kata, ya:

Ya.

Lain lagi dengan kalimat yang sangat panjang, berikut ini:

Melalui teropong yang terpasang di atas atap, Budi menatap bintang-gemintang yang bergemerlapan—yang mengingatkannya pada mimpinya semalam: ketika seekor serigala mengaum di kejauhan sementara dia berdiri gemetar di bawah purnama—ah, purnama, ujar Budi, mendongak ke atas dan mendapati purnama itu bertengger di langit gelap.

Seperti halnya kehidupan dan umur itu sendiri. Ada yang baru di dalam kandungan sudah menemui ‘titik’ sudah mati, tapi ada juga yang berusia ratusan tahun tetap dan masih hidup. Begitulah umur hidup begitulah panjang-kalimat.

Ketiga, dengan demikian, hidup yang panjang, seperti halnya kalimat yang panjang, pastilah membutuhkan ‘koma’, membutuhkan ‘wakof’, membutuhkan ‘jeda’. Bukan untuk ‘mengakhiri’ rentetan kalimat, melainkan untuk sekedar menarik nafas, refreshing, menarik diri dari situasi untuk sekedar menenangkan diri.

David J. Lieberman menulis bahwa manusia membutuhkan rutinitas. Rutinitas membuat manusia nyaman. Tapi sesuai hukum kesetimbangan, di sela-sela rutinitas yang membikin jenuh itu, manusia juga memerlukan kontra-rutinitas: bisa berupa hari libur, liburan, atau hanya sekedar tidur dan pergi nonton—yakni jeda, yakni koma, yakni ‘wakof’, tempat untuk kita menarik nafas, menenangkan diri.

‘Jeda’ dalam hidup, atau ‘koma’ dalam kalimat inilah yang coba disampaikan Afterisya dalam ‘Amnesia Sejenak’. Yakni momen untuk menarik diri sejenak dari beban dan dinamika hidup, demi mendapatkan kembali angin segar, semangat baru, persepsi dan perspektif yang baru, sehingga dapat menjalani kelanjutan hidup dengan lebih baik.

Bukan ‘amnesia’ yang selamanya, yakni sikap untuk menghindar, untuk mundur, untuk melarikan diri dari masalah dan beban hidup. Yang pada akhirnya malah akan semakin bertumpuk, akan semakin menghimpit, akan semakin mengejar, akan semakin membikin hidup tidak tenang.

Dari metrotvnews.com diberitakan: jam kerja yang panjang rentan membikin depresi. Kenapa? Bayangkan membaca kalimat super-panjang yang tidak punya tanda koma: jangankan ngerti apa maksudnya, bacanya saja suka bikin puyeng. Jam kerja adalah salah satu stressor, pemicu stres. Jika dilakukan secara terus-menerus tanpa waktu jeda, tanpa istirahat, stresor itu akan memacu tingkat stres yang lebih parah, yang disebut depresi.

Jadi jelaslah, jeda itu perlu, jeda itu dibutuhkan. Silakan ber-amnesia untuk sejenak.

(Tutup file. Buka winamp. Stel: Amnesia Sejenak, Afterisya).


[Yang mau share soal apapun, silakan kirim email ke kcurhat@rocketmail.com . Curhatannya akan dibahas di blog ini. Nama dan identitas Anda akan dirahasiakan]


Regard,
Irfan L. Sar (Facebook)
@IrfanLSar (Twitter)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar