Sabtu, 31 Maret 2012

Tersenyumlah

Tapi waktu bisa menyembuhkan semua luka.

Apa yang hari ini membuat kita sedih, membikin kita menangis, jatuh, putus asa, suatu hari akan kita kenang melalui canda tawa. Barangkali terdengar terlalu utopis, tapi ingatlah lagi:

Dahulu sekali kita menangis karena jatuh sewaktu belajar berjalan, kita merengek sewaktu tersungkur saat belajar sepeda, kita meraung-raung saat berebut mainan dengan saudara atau sahabat, kita manyun dan merasa tersisihkan ketika orangtua kita tak mau membelikan mainan yang kita inginkan, tapi hari ini, ketika waktu telah mendewasakan kita—setidak-tidaknya dari segi umur—kita melihat itu dan tak merasakan kesedihan itu sama sekali bukan? Alih-alih kita merasa lucu betapa dulu kita menangis hanya karena hal-hal sepele, betapa dulu kita masih begitu kecil dan rapuh....

Jadi jika demikian, apa yang membuat kita hancur hari ini, sakit hati hari ini, bisa jadi kelak—bertahun-tahun kemudian—akan kita kenang sebagai sesuatu yang juga sepele, tak menyesakkan hati kita sama sekali.

Adalah Mawar yang menjanda pada usia yang baru menginjak 20 tahun. Kendati menjadi korban KDRT selama masa pernikahannya yang tak genap 2 tahun, dengan seorang putri cantik yang tak pernah benar-benar kenal ayahnya, dia masih belum bisa mengikhlaskan kondisinya sekarang: bukan hanya kesendiriannya, tetapi juga ketika mantan suaminya mulai dekat dengan perempuan-perempuan lain.

Tapi masalah memang sesuatu yang menguatkan kita. Seperti imun. Ia adalah racun yang bisa meningkatkan kekebalan kita terhadap masalah-masalah serupa yang bisa saja timbul kelak di kemudian hari. Hanya jika kita ikhlas menerima, ikhlas bertahan, ikhlas untuk berusaha menyelesaikan masalah itu, maka kita akan selangkah lebih maju ke arah kedewasaan.

Apa yang terjadi pada kita hari ini juga merupakan risiko, merupakan konsekuensi. Risiko dari pilihan yang kita ambil di masa lalu. Konsekuensi dari jalan yang kita pilih sebagai nasib. Jika hari ini kita jatuh, jika hari ini kita berduka, patah hati, terpuruk, putus asa, bisa jadi pilihan kita salah di masa lalu. Tak perlu disesali. Lebih baik fokuskan pada cara agar hari ini kita tidak mengulangi kesalahan yang sama atau serupa agar di masa depan, di kelak nanti, kita tak usah merasakan kepatah hatian, keberdukaan, keterpurukan, keputusasaan yang sama.

Atau bisa jadi pilihan kita sudah tepat, tetapi kita hanya... katakanlah, belum beruntung. Tidak masalah. Semua orang pernah gagal. Tidak diragukan lagi. Yang membedakan mereka hanya hasrat untuk bangkit dan bertahan. Sebagian orang memilih untuk tetap maju dan kukuh, sebagian lagi memilih menyerah dan mundur. Tidak apa-apa, semuanya murni bergantung kamu. Semua pilihan kan juga ada konsekuensinya: maju dan kukuh masih berkemungkinan untuk gagal, tapi peluang untuk sukses terbuka lebar. Sedang menyerah dan mundur sudah pasti berujung kekalahan.

Oleh karena itu, jika pada akhirnya apa yang menjatuhkan kita hari ini kelak bisa kita tertawai layaknya tontonan komedi, barangkali ini waktunya bagi kita untuk tersenyum.

Tersenyumlah, walau hati kan terluka.
Tersenyumlah, wahai kau jiwaku, hadapi dunia.
[Yang mau share soal apapun, silakan kirim email ke kcurhat@rocketmail.com . Curhatannya akan dibahas di blog ini. Nama dan identitas Anda akan dirahasiakan]


Regard,
Irfan L. Sar (Facebook)
@IrfanLSar (Twitter)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar