Sabtu, 31 Maret 2012

Batasan Itu Membebaskan

Salah satu pelajaran PPKN yang membekas dalam ingatan saya adalah: kebebasan seseorang dibatasi oleh kebebasan orang lain. Atau dengan kata lain: kebebasan yang saling menghomati, yang saling bertanggung jawab.

Kebebasan yang memiliki batasan. Kehidupan yang memiliki peraturan.

Apakah batasan membatasi kita? Secara kasat mata, iya. Apakah itu mengganggu? Secara sepintas, iya. Apakah peraturan bikin kita tak bebas bergerak? Secara sekilas, tentu saja. Apakah itu bikin senewen? Tentu saja! Tapi jika ditelusuri lebih dalam, batasan dan/atau peraturan itu sebetulnya menentramkan hati, menenangkan jiwa.

Perhatikan:
1. Salah satu alasan nyaman berkendara di jalanan adalah karena ada batas-batas tertentu yang harus dipatuhi, yang tidak boleh dilampaui. Yang jika dilanggar akan berakibat kecelakaan. Seperti marka jalan agar dua arus kendaraan tak saling bertabrakan. Atau lampu merah, tanda P dicoret, tanda S, tanda penunjuk jalan, dll. Semuanya membatasi kita dalam berkendara agar kita SELAMAT agar kita sama-sama NYAMAN.

2. Pernikahan adalah aturan yang Tuhan tetapkan dalam rangka menentramkan kebutuhan kasih sayang kita dengan pasangan. Dengan pernikahan, Tuhan memberikan batasan-batasan tertentu kepada kita. Dengan tujuan agar kita memiliki kehidupan yang harmonis dan stabil. Bayangkan jika hidup kita tak ada aturan pernikahan: anak-anak yang lahir tak jelas siapa ayahnya, kita bisa saling menyakiti hati orang lain karena kita saling berebut pasangan. Belum lagi risiko AIDS. Dan lain-lain, dan lain-lain. Kita jadi tak tahu malu lagi seperti halnya binatang. Sebenarnya bisa saja kita merasa nyaman dengan itu. Tapi karena manusia dianugerahi akal, maka akal ini lama-lama akan mengkritisi juga, akan memperlihatkan ketidaknyamanannya itu. Pada akhirnya, kita merasa kosong, hampa, seperti segala kebahagiaan hilang begitu saja.
Demikian. 

[Yang mau share soal apapun, silakan kirim email ke kcurhat@rocketmail.com . Curhatannya akan dibahas di blog ini. Nama dan identitas Anda akan dirahasiakan]


Regard,
Irfan L. Sar (Facebook)
@IrfanLSar (Twitter)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar