Kamis, 22 Desember 2011

Boros vs Efisien

Boros vs Efisien

Boros itu berarti:
1. Mengalokasikan uang melebihi pemasukan.
2. Tidak membatasi pengalokasian uang pada pos benda/jasa yang dibutuhkan saja.

Efisien berarti:
1. Mengalokasikan uang disesuaikan dengan pemasukan
2. Mengalokasian uang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat prioritas.
Jadi....
1. Orang yang mengalokasikan uang sebulan 2 juta, belum tentu lebih boros dibandingkan orang yang pengalokasian uang sebulannya 1 juta. Jika misalnya, yang mengalokasikan uang sebulan 2 juta itu ternyata berpenghasilan 10 juta. Sedangkan yang mengalokasikan uang sebulannya 1 juta itu ternyata berpenghasilan 1,5 juta.
2. Orang yang boros tidak (mau) mengerti bahwa dalam setiap hal selalu diharuskan adanya tingkat prioritas. Yang sederhana seperti: primer, sekunder, tersier. Primer yang harus diutamakan. Sekunder: sunnat ab’ad. Tersier: kalau nggak kebeli, nggak usah. Ini banyak anak muda yang uang bulanannya minim tapi maksain beli blackberry hanya demi label “gahoel”, bikin orangtuanya mesti ngejual sapi satu-satunya yang kalau nunggu 3 bulan lagi harganya 2 kali lipat.
3. Nah, karena itulah, setiap orang wajib mengatur aliran keuangannya, agar ‘serba tercukupi’. Kebutuhan sehari-hari, tercukupi. Tabungan, masih bisa diisi. Mau nonton di akhir pekan, ada dananya. Sehatkan kondisi keuangan kamu, biar nggak mesti besar pasak daripada tiang listrik.
4. Alokasikanlah uangmu, pada kebutuhan sesuai dengan tingkat prioritas. (1) Penting dan Mendesak. Ibarat kebelet buang air, laksanakanlah secepat mungkin atau kau mati di tempat! #eeaaa :D (2) Tidak penting mendesak. Ibarat ngupil. Tidak penting sebetulnya, apalagi kalau di depan banyak orang. Tapi kalau mendesak, daripada sesak nafas (tsaaah), ya ngupillah! (3) Penting tidak mendesak. Penting sih. Kayak saya mau beli PC Tablet. Biar bisa nulis + blogging kapanpun di manapun. Tapi karena tidak mendesak, ya sudah nunggu tabungannya terkumpul dulu. (4) tidak penting tidak mendesak. Nah, tingkat yang ini nih yang paling banyak dilakuin orang-orang boros. Misal, tukar motor kreditan ke dealer dengan motor merk sama tapi warna berbeda. Oh my gosh! Tolong! O, please! Biaya cicilannya jadi tambah mahal, tapi kok motornya ya gitu-gitu aja kan rasanya?

Efek
1. Boros membikin kondisi keuangan kamu sakit. Masih mending masih single atau jomblo atau nggak laku. Yang galau ya sendirian saja. Laper ya laper sendirian aja. Ngutang ya tanggung jawab sendiri. Nah, gimana kalau sudah menikah? Akan lebih repot lagi. Banyak berita bilang bahwa salah satu sumber pertengkaran dalam rumah tangga adalah ketidakmampuan si pasangan untuk mengelola uang. Sehingga, si uang menjadi PIHAK KETIGA. Waspadalah! Waspadalah!
2. Boros juga nggak disukai sama Tuhan. Tuhan nggak suka kita “melampaui batas”, “menghambur-hamburkan sesuatu”. Karena pada sikap itu terdapat dua sifat buruk, (1) sombong, (2) kurang bersyukur. Sombong + kurang bersyukur = .... (silakan isi sendiri).
3. Tapi jika kita efisien. Atau dalam kata lainnya “Hemat”. Kita bisa mencukupi semua kebutuhan kita secukup mungkin. Kita terhindar dari mesti ngutang (kecuali mungkin kalau kepepet bener). Kita punya tabungan buat jaga-jaga. Kita bisa melakukan aktivitas kita dengan tenang. Dan lain-lain, dan lain-lain.
4. Efisien juga memperlihatkan kerendahan hati dan kebersyukuran kita. Bahwa segalanya milik Tuhan yang diamanahkan pada kita, yang karenanya wajib kita jaga dan manfaatkan sebaik-baiknya. Sesuai kebutuhan. Sesuai kemampuan yang diamanahkan Tuhan kepada kita.
Cat: yang nggak ngerti caranya ngatur keuangan, googling saja ya! Atau beli buku-bukunya. Sudah banyak kok. 
Salam Curhat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar